Monday, August 10, 2020

Al Ghazali dan Kemunduran Umat

 Tentang Al Ghazali

Oleh: Jousairi Hasbullah

Tentang kemunduran Islam yg kita rasakan sampai saat ini, dalam pemahaman saya terkait dua hal utama.

Pertama, terkait penaklukan Andalusia. Inilah awal kehancuran umat. Segera setelah jatuhnya Andalus di tangan raja Ferdinand dan Isabella, Spanyol dan Portugis dg semangat Reconquistadores menghancurkan pusat2 peradaban Islam: di India, Malaka dan di berbagai tempat. Kerajaan Islam di daerah2 pantai yg kuat dalam PIKIR dan Zikir takluk. Diikuti oleh penjajahan oleh negara2 Barat lainnya. Peradaban Islam betul2 hancur.

Apa yg tersisa? Lebih ke ritual-ritual dan berbaur dg mistik, tahayul dan hal2 yg menjauhkan umat dari kemajuan peradaban.

Kedua..Kemuduran peradaban Islam tak terpisahkan dari "shifting paradigm of thought"..dan ini memang masih diberdebatkan sampai saat ini. Banyak kalangan yg berpendapat bahwa ajaran dan pemikiran keagamaan Al Ghazali lah yg mereduksi orientasi science yg telah dg perkasa diusung oleh Ibnu Sina, Alfarabi dkk dari generasi sebelum AlGhazali. Alghazali dalam karyanya Tahafut al Falasifah menyerang dan mengecam habis2an para pendahulunya tersebut yg Beliau tuding sebagai terlalalu Aristotelian. Terlalu logika dan mengesampingkan wahyu Tuhan. Tiga area besar perdebatan terutama terkait keabadian alam, Tuhan dan urusan-Nya dengan hal2 yg partikular, dan Kebangkitan jasmani setelah mati ( terlalu panjang kalau mau diuraikan di sini)

Ibnu Rusyid yg lbh condong membela ibnu Sina dan Alfarabi menyerang frontal pemikiran dalam Tahafut al Falasifahnya Ghazali dg karyanya yg sangat mentereng yaitu Tahafut al Tahafut (incoherence of the incoherence) Ibnu Rusyd menginginkan umat kembali ke pemikiran-pemikiran besar Science dan filsafat bersamaan dengan/tanpa mengabaikan hal-hal yg berdimensi teologis. Seperti yg telah diperbuat oleh AlFarabi. Tidak ada konplik antara science, fiksafat dan teologis. Ketiganya beriringan. Alfarabi seorang teolog, seorang filosof dan seorang fisikawan.

Akan tetapi pengaruh AlGhazali sudah begitu mengakar yg dianggap menafikan kekuatan Science, menapikan kekuatan akal, logika dan method scientific.
Efek penaklukan Recunquistadores dan shifting paradigm pengaruh Ghazali ini yg oleh banyak pihak dianggap sebagai sebab-sebab utama kemunduran peradaban science-nya Umat..dan jalan di tempatnya kemajuan Ilmu Pengetahuan umat Islam.
Wallohua'lam bissowab.
(Jousairi hasbullah)

Monday, July 13, 2020

Khilafah dan Kemunduran Peradaban Islam

Kemunduran Umat Islam: Why?
Oleh: Jousairi Hasbullah

Mungkinkan konsep khilafah seperti masa lalu bisa ditegakkan kembali? Dalam pandangan saya, eranya sudah sangat beda ya. Beda dengan masa2 kegemilangan khilafah di masa lalu. Mulai dari masa Khulafaur Rasyidin, sampai masa kegemilangan Otoman, kesadaran nasionalisme belum sekuat saat ini. Kesadaran akan Nation State di dunia ketiga baru muncul di awal di awal abad ke 20. Saat ini, gelombang nasionalisme itu bgt dahsyatnya..dan sangat tipis kemungkinan untuk membangkitkan kembali konsep khilafah seperti pada masa jaya nya. Kecuali, entah, kalau konsep khilafah dalam bentuk yg lain..Dalam artian tetap Nation State, tetap Pancasila..tetap NKRI. Hanya nilai-nilai Islaminya yang membentuk Khilafah. Entahlah. Semua negara termasuk Timur Tengah, Turki dan 57 Negara-negara OKI saat ini sangat menentang konsep khilafah. Mau memaksakan seperti ISIS? Pasti ujung2nya adalah kehancuran. Perang habis2an..Semua hancur. Apalagi kalau tegaknya khilafah hanya atas dasar menggerakkan emosi umat tanpa konsep sosial, ekonomi, dan pembangunan yg brilyan, operasional dan scientific. Untuk Kejayaan Islam hari ini dan ke depan: khilafah sepertinya bukan solusi. Tentang kemunduran Islam yg kita rasakan sampai saat ini, dalam pemahaman saya terkait dua hal utama. Pertama, terkait penaklukan Andalusia. Inilah awal kehancuran umat. Segera setelah jatuhnya Andalus di tangan raja Ferdinan dan Isabella, Spanyol dan Portugis dg semangat Reconquistadores menghancurkan pusat2 peradaban Islam: di India, Malaka dan di berbagai tempat. Kerajaan Islam di daerah2 pantai yg kuat dalam PIKIR dan Zikir takluk. Diikuti oleh penjajahan oleh negara2 Barat lainnya. Peradaban Islam betul2 hancur. Apa yg tersisa? Lebih ke ritual-ritual dan berbaur dg mistik, tahayul dan hal2 yg menjauhkan umat dari kemajuan peradaban. Kedua..Kemuduran peradaban Islam tak terpisahkan dari "shifting paradigm of thought"..dan ini memang masih diberdebatkan sampai saat ini. Banyak kalangan yg berpendapat bahwa ajaran dan pemikiran keagamaan Al Ghazali lah yg mereduksi orientasi science yg telah dg perkasa diusung oleh Ibnu Sina, Alfarabi dkk dari generasi sebelum AlGhazali. Alghazali dalam karyanya Tahafut al Falasifah menyerang dan mengecam habis2an para pendahulunya tersebut yg Beliau tuding sebagai terlalalu Aristotelian. Terlalu logika dan mengesampingkan wahyu Tuhan. Tiga area besar perdebatan terutama terkait keabadian alam, Tuhan dan urusan-Nya dengan hal2 yg partikular, dan Kebangkitan jasmani setelah mati ( terlalu panjang kalau mau diuraikan di sini) Ibnu Rusyid yg lbh condong membela ibnu Sina dan Alfarabi menyerang frontal pemikiran dalam Tahafut al Falasifahnya Ghazali dg karyanya yg sangat mentereng yaitu Tahafut al Tahafut (incoherence of the incoherence) Ibnu Rusyd menginginkan umat kembali ke pemikiran-pemikiran besar Science dan filsafat bersamaan dengan/tanpa mengabaikan hal-hal yg berdimensi teologis. Seperti yg telah diperbuat oleh AlFarabi. Tidak ada konplik antara science, fiksafat dan teologis. Ketiganya beriringan. Alfarabi seorang teolog, seorang filosof dan seorang fisikawan. Akan tetapi pengaruh AlGhazali sudah begitu mengakar yg dianggap menafikan kekuatan Science, menapikan kekuatan akal, logika dan method scientific. Efek penaklukan Recunquistadores dan shifting paradigm pengaruh Ghazali ini yg oleh banyak pihak dianggap sebagai sebab-sebab utama kemunduran peradaban science-nya Umat..dan jalan di tempatnya kemajuan Ilmu Pengetahuan umat Islam. Wallohua'lam bissowab. (Jousairi hasbullah)

Sunday, June 21, 2020

Menurunnya Impor Mai 2020: Warning

Menurunnya Impor Mei 2020: Warning.
Oleh: Jousairi Hasbullah

Pertengahan bulan ini, Kepala BPS mengumumkan penurunan nilai ekspor dan impor Indonesia posisi Mei 2020.

Ekspor Mei 2020 sebesar US $ 10.5 milyar menurun 13 persen dibanding April 2020 dan sebesar 28,95 persen dibanding Mei 2019. Ekspor nonmigas US$ 9,9 milyar turun sebesar 27,8 persen dibanding Mai 2019.
Melemahnya Ekspor ini karena melemahnya permintaan dari negara2 sahabat. Juga oleh terbatasnya bahan baku yg sebagian besar dari impor.

Negara-negara Asean mengurangi permintaan barang dari Indonesia sebesar 19.2 persen. Uni Eropa,15.4 persen. Jepang 20 persen. USA 15 persen. India 22 persen. Kali ini kita justru terbantu oleh China. Satu-satunya negara penting yg tidak mengurangi permintaannya terhadap barang dari Indonesia.

Impor Mai 2020 US senilai $ 8,4 milyar turun sebesar 42,2 persen dibanding Mai 2019. Impor nonmigas senilai US $7,8 milyar Mai 2020, turun sebesar 37,3 persen dibanding Mai 2019. Sebagian besar impor RI untuk bahan baku dan barang modal. Artinya kemampuan industri nasional untuk memproduksi barang tinggal sekitar separuhnya. Jika trend ini bertahan atau bahkan lebih buruk dalam beberapa bulan ke depan, ekonomi bangsa ini akan terus "terganggu" Pengangguran akan bertambah parah. Gelombang PHK diam-diam akan terus terjadi.

Saat-saat seperti ini, segala daya perlu dikerahkan. Sinergi antara pemerintah dan dunia usaha keharusan. Terobosan-terobosan brilyan untuk mencari sumber-sumber bahan baku, barang modal dan tujuan baru pasar barang dari Indonesia perlu dilakukan. Konkrit, efektip effisien dan berenergi. Saatnya menunjukkan kreatifitas yang luar biasa.

Bandung 21 Juni 2020
JSH

Monday, May 25, 2020

Impor Sayuran, Buah, Garam Dll

Impor Sayuran, Buah, Garam, Dll
Oleh: Jousairi Hasbullah

Faisal mengutip data BPS. Mencengangkan. Dia bilang. Untuk sayur saja kita impor 11.5 Trilyun rupiah. Itu data selama tahun 2019. Kurs yg digunakan Faisal mungkin ketinggian. Karena nilai dalam US $ nya sebesar US$ 770.14 juta. Tetapi bagaimanapun. Nilai itu fantastis.

Benar. Dari dulu kita sering persoalkan. Kok sayur saja harus impor dengan nilai yg sangat besar. Faisal tidak mengurai asal barang. Ini saya kasih tau. Dari nilai impor sayur yg dikutip Faisal tersebut, 76 persennya atau senilai 8.2 triyun rupiah ( tergantung kurs), diimpor dari China. Luar biasa memang. Belanja sayur dari China sampe segitunya.
Aneh lagi senilai Rp 350 milyar selama 2019 kita beli sayur dari negeri gurun Ethiopia. Senilai Rp 322 milyar beli sayur dari India.

Anda akan terpesona.
Dari data BPS yg saya kutip, impor buah-buahan tak kalah "remarkable". Dengan kurs Rp 14 ribu saja, nilai impor buah tersebut sebesar Rp 21 trilyun selama tahun 2019 ( baca lagi: 21 triyun rupiah) dan senilai 11.4 triyun diimpor dari China; Dari Thailand senilai 2 trilyun rupiah.
Belum puas? Selama tahun 2019, tembakau pun kita impor (senilai 8.1 triyun rupiah) dan China cukup dominan yaitu senilai 2,6 triyun rupiah.
Kedelai? Lebih fantastik. Sebesar 15 triyun kita keluarkan untuk belanja kedelai. Dominasinya yaitu sekitar 95 persen atau 14 triyun rupiah, impor kedelai dari Amerika.
Garam? Kita impor senilai 1,3 triyun. Sekitar 95 persennya dari Australia.
Ini Indonesia negeri subur makmur gemah ripah lohjinawi..tongkat kayu jadi tanaman kenapa begini ya. Nggak masuk akal memang.

Pak Jokowi, saya tau, sudah sangat prihatin dengan situasi ini. Tetapi kok masih terjadi? Perlu diteliti. Tangan apa dan siapa yang sangat kuat mencengkeram, agar kita terus impor. Sementara produksi petani di tanah subur ini, sangat tersendat. Perlu langkah-langkah yg sangat konkrit dan revolusioner.
JSH
Senin 25 Mai 2020.

Wednesday, May 20, 2020

Hari Tua Seorang Statistisi

Hari Tua Seorang Statistisi
Oleh: Jousairi Hasbullah.

Old Statistician Never Die.
Ramadhan hari ke 27. Tulisan ini untuk blog saya: jshcenter.blogspot.com tapi saya share juga ke sini.Siapa tau ada yg bisa dipetik.

Setelah pensiun ada yg memilih nyari kerja.Jadi dosen, karyawan tetap atau apalah. Ada yg berwirausaha. Ada pula yg memilih berkebun, melihara ternak atau apalah. Ada pula yg khusus ritual ibadah. Atau ada pula yg mengkhususkan tugasnya sebagai pengantar anak dan isteri. Semua itu pilihan. Semua pilihan itu mulia. Itulah hidup.

Saya barangkali agak outlier, agak beda. Dari sejak saya muda, saya telah mendiskusikan terkait problem of ultimacy (tentang tujuan berkarir) dan menetapkan pilihan bahwa ketika pensiun saya harus menjadi insan merdeka. Kalau masih bisa dihindarkan janganlah lagi di usia tua masih mau ngabsen/handkey, tiap hari masuk kerja.

Dari umur tigapuluhan, saya terbiasa dengan apa yg oleh para filosof aliran Aristotelenialism dikenal sebagai deferred gratification ( melakoni kesenangan yg tertunda: berpuasa kemewahan). Sekecil apa pun rezeki yg diperoleh, dikelola dengan telaten dan prihatin.Mulai investasi kecil-kecilan. Itulah syir'ah dan minhaj ( jalan dan cara) yang jadi pilihan. Saya kerja ngotot dengan cinta, tetapi saya tak pula lengah. Terus mempersiapkan masa depan dg sungguh-sungguh. Pensiun. Saya ingin menjadi manusia yg merdeka. Mandiri. Berdaulat. Adil dan agak-sedikit makmur.

Sudah dua tahun lebih saya pensiun. Cukup banyak yg nawari kerja, termasuk di lembaga internasional..Baik ketika sebelum sakit. Maupun ketika sekarang sudah lumayan sehat. Pilihan saya masih konsisten. Saya menghindari yg tiap hari harus ngabsen. Saya ingin merdeka, berdaulat dan mandiri. Pilihan saya bulat. Saya ingin terbang bebas mengangkasa bersama para bidadari. Menebas langit menembus cakrawala. Kalau mungkin, dan diizinkan-Nya, kebebasan ini mengepak jauh. Tak usah sampe di tepian langit ke tujuh (sacred canopy), tapi cukup jauh. Dengan membawa rasa cinta. Dengan napas kebebasan adalah DATA beserta segenap makna, misteri, dan kebahagiaan di dalamnya dan abadi (kholidina fiha)

Sewaktu saya masih kerja di BPS, saya bukan tenaga upahan dan buruh negara. Tidak sama sekali. Apa pun yg dulu saya kerjakan bukan karena sy disuruh-suruh sebagai buruh. Bukan, melainkan karena kesadaran dan kecintaan. Kesadaran bahwa dengan data saya mengembangkan pikiran..dengan berpikir fact-based maka saya ada ( cogitu ergo sum).

Mereka yg bekerja sebagai buruh negara, begitu pensiun semua akan dilucuti. Selesai. Seolah tanpa bekas. Saya ada di jalan yg berbeda. Bagi saya BPS adalah bidadari yg menerbangkan saya menjadi insan yg berdaulat dan berkuasa penuh atas makna-makna yg saya kenali..dan akan terus terbang. Sambil juga membawa marah๐Ÿ˜€๐Ÿ˜€. Dengan data saya akan dan bisa marah pada saya, padanya, pada dia, pada paduka dan pada siapa saja.

Setiap hari saya terus menekuni spritual dan DATA. Untuk apa? Untuk kebahagiaan hidup. Memperkaya hidup dg makna-makna. Setiap saya membaca data dan mengkonfrontirnya dengan teori yg saya pelajari dan dalami, dengan filosofi2 yg membentuknya; pikiran saya jadi cerah, hati nyaman, jiwa tenang dan damai; seakan terbang bebas di angkasa raya. Inilah hari tua yg memang dari dulu saya impikan. Manusia data yg bebas merdeka dengan cintanya.

Anda bekerja di dunia data statistics? Anda sangat mulia, sayang kalau kemuliaan itu tersia-siakan.

Note: dua hari yg lalu sy mengirim hasil perjalanan penelusuran saya dg data tentang Inggris dan Canada ke bapak Kepala BPS-RI, pak Kecuk sahabat saya. Sebagai sahabat, beliau membalas..dua hari berturut-turut Beliau mengirim saya bingkisan berupa kumpulan data..dan itu saya nikmati. Indahnya hidup dengan DATA. Walal akhiratu khoirun laka minal min al ula.

Bandung 20 Mai 2020.
Renungan Ramadhan.
Berpuasa hari ke 27.

Sunday, May 10, 2020

Kisruh Data untuk Bantuan terkait Covid19.

Kisruh Data untuk Bantuan terkait Covid19.
Oleh: Jousairi Hasbullah

Soal DATA kok jadi kisruh begini? Karena kita tau data tapi nggak paham data. Titik.

Untuk distribusi bantuan ke masyarakat bawah terkait dampak Covid19, data yg dijadikan rujukan adalah data Kemensos yg telah berkali-kali mereka verifikasi dari asalnya,data dasar hasil PBDT2015. Atau, bantuan diberikan bahkan tidak pake rujukan data.

Tulisan kecil ini sekadar info aja. Siapa tau dpt menambah pemahaman kita terkait data. Kebetulan, waktu itu sy pernah kerja di BPS. Jadi sedikit tau ikhwal data untuk Social Targetting.

Indonesia punya pendataan khusus untuk social targetting. Bantuan sosial. Untuk cash transfer ( CT ) atau yg conditional (CCT) seperti PKH dll. Sudah EMPAT kali BPS ikut membantu pemerintah menyediakan data untuk Perlindungan Sosial ( Statistik sesungguhnya tidak berurusan dengan data invidual, tapi aggregatif. Walau UNSD akhir-akhir ini cenderung dilematis)

Pertama, tahun 2005. Namanya Pendataan Sosial Ekonomi ( PSE2005). Mendata 19.1 juta Rumahtangga Sasaran ( RTS) untuk keperluan penyaluran BLT 2005. Lalu data ini diperbaharui tahun 2008 menghasilkan 18.5 juta RTS, juga untuk penyempurnaan distribusi BLT. Lalu diperbaharui lagi thn 2011, namanya PPLS ( Pendataan Program Perlindungan Sosial) menghasilkan 25.2 juta RTS untuk tujuan distribusi BLSM, KKS, KIS, KIP 2014. Mengapa datanya beda? Itu tergantung kebutuhan target sasaran oleh Pemerintah seperti program-program tersebut di atas.

Pendataan masif terakhir yang melibatkan BPS sebagai pelaksana di lapangan adalah Pendataan Basis Data Terpadu Tahun 2015 ( PBDT2015) untuk mendapatkan 40 persen, secara nasional, penduduk dg dengan sosial-ekonomi terbawah. Tiap provinsi tentu hasilnya berbeda-beda tergantung tingkat kemiskinannya. Contoh Papua. Sekitar 80 persen orang Papua masuk ke dalam basket 40 persen rumah tangga dg sosek terbawah Nasional. DKI cuma 11 persen yg masuk basket tersebut.

Pendataan BDT 2015 sangat komprehensif. Prosesnya sangat holistik-integratif. Melibatkan disiplin ilmu statistik yang rumit dan telaten, dikombinasikan dengan pengetahuan sosiologis yang cerdas-relevan-koheren sesuai situasi sosiologis masyarakat in situ. Tahapannya disebut sebagai EMIC proses. Artinya mengakomodasi pandangan In-Situ ( lokal komunitas kecil) melalui tahapan penting yang disebut Forum Konsultasi Publik (FKP).

FKP ini diikuti oleh para Kades, Kadus, Ketua RW/RT, Tomas dan Toga. Se Indonesia tersedia 25,2 juta Rumah Tangga listed  (RTS) hasil PPLS 2011 ditambah 2.8 juta ruta data program. Total ada 28 juta rumahtangga yg kemudian di verifikasi di forum FKP. Hasilnya diperoleh 24.1 juta rumahtangga verified ditambah 4.7 juta rumahtangga usulan baru dari peserta FKP. Total 28.8 juta rumah tangga.
Proses selanjutnya, adalah tahapan dengan proses statistik yg rumit berupa pendataan lapangan ( tidak ditemukan 2.6 juta rumahtangga dan ada temuan baru sebanyak 911 ribu rumah tangga). Kemudian dilakukan pengolahan data dan proses statistik yang komprehensif-precise yaitu berupa proses PMT ( Proxy Mean Test). Hasil akhir diperoleh: 25 771 493 rumah tangga atau 93 026 921 jiwa. Mereka adalah 40 persen nasional, berada di sosial ekonomi terbawah. Semua program Perlindungan Sosial yang ada mengacu ke Data ini, entah semuanya atau dengan sebagian datanya. Tergantung siapa dan seberapa besar target sasaran.

Betul. Data terakhir itu data 2015. BPS mendatanya. TNP2K yang punya data dan berkolaborasi dg masing2 pemda. Kemudian, data basenya sesuai UU, dipegang oleh Kemensos. Setiap enam bulan dimutakhirkan oleh jajaran Kemensos. Sejak thn 2015 BPS tidak lg terlibat. Dinas Sosial masing2 prov/kabupaten/kota yang memutakhirkannya. Sudah pasti melibatkan RT/RW setempat dan petugas Dinsos.
Apa yg terjadi? Wallohuaklam. Yang jelas prinsip-prinsip objektivitas statistik, cenderung tidak lagi digunakan.

Data 40 persen: Relevankah untuk RTS Bantuan Covid19?

Pandangan saya. Pertama,
Kalau verifikasi selama beberapa tahun terakhir ini yg dilakukan oleh Kemensos, maksimal, data tersebut sangat bagus. Tetapi jika prosesnya minimalis, hasilnya dipastikan justru akan mengundang masalah. Tetapi walau datanya terverifikasi dg baik sekalipun, belum tentu pas untuk dijadikan satu-satunya rujukan.

Kedua, data PBDT2015 menghasilkan batas tingkatan sosial ekonomi di level faktual-lapangan sangat "imajiner"-matematis. Pemotongan batas 40 persen terbawah dengan yang di atasnya bagi keilmuan statistik: sangat biasa dan jelas. Bagi awam kadang sangat tidak jelas. Karena mereka yang "diperbatasan"/ di garis batas, kadang tak bisa dibedakan oleh awam tapi bisa dibedakan oleh hasil hitungan, skor, statistik. Jadi kalau data yang asalnya bagus tersebut tiba2 diaplikasikan begitu saja di lapangan akan sangat riskan. Karena mereka yang berada di sekitar garis batas (yang tidak masuk dalam basket) secara kasat mata situasinya tidak berbeda dg mereka yang dalam basket 40 persen.

Ketiga, penggunaan data yang ada sekarang, itu ( kalau verifikasi oleh kemensos benar) hanya cocok untuk kondisi normal. Bukan kondisi Konjungtural. Dalam kondisi bencana tiba-tiba ( faktor konjungturnya yg lebih menonjol) jutaan orang ramai-ramai jatuh menjadi miskin. PHK besar2an, buruh dan pengusaha rumah tangga yg tiba2 kehilangan pekerjaan, maka dengan hanya mempedomani data yang ada saat ini: jelas Blunder besar dan sangat tidak cerdas.

JSH
During Stay at Home Covid19.
Bandung 10 May 2020.

Saturday, May 9, 2020

Primitif: BAB tanpa Toilet

Kultur Primitif: BAB tanpa Toilet
Oleh: Jousairi Hasbullah

Buang Air Besar (BAB) tanpa toilet atau yang secara internasional disebut, Open Defacation, mengundang masalah serius. UN mencanangkan lewat SDGs untuk menghapus tradisi buruk ini di tahun 2030.

Unicef ​​mengingatkan bahwa setiap satu gram tinja dapat mengandung seribu kista parasit, 10 juta virus, dan satu juta bakteri. Mereka yang tidak mencuci tangan dengan sabun setelah buang air besar dan sebelum makan menyebabkan 800 ribu kematian akibat diare setiap tahun. Dampak nyata lain dari tingginya angka Open Defacation ini ( BAB sembarangan): kematian bayi, stunting dan beragam problem kesehatan lainnya.

Tidak itu saja. Rumahtangga yang hidup tanpa toilet indikasi dari kultur primitif bonding, inert dan sulit berubah. Mereka sangat rawan kemiskinan dan berbagai problem keterbelakangan.

Di Indonesia, mereka yg hidup dengan :open defacation, BAB tanpa toilet, dari hasil Susenas, masih sangat memperihatinkan. Susenas 2019 masih menemukan bahwa 7.6 persen orang Indonesia BAB sembarangan. Di Aceh 16.1 persen, Sulteng 18.48 persen ( angka di Sulteng Dalam Angka, tapi Angka di Pusat 18.61 persen). Di Sulawesi Barat 16.39 persen.
Di provinsi dengan infrastruktur yg maju seperti di pulau Jawa, keadaannya juga tak kalah memperihatinkan, terutama di provinsi Jawa Timur (9.58 persen) dan provinsi Banten ( 9.16 persen).

Di zaman industri 4.0 dan di era pembangunan SDM besar-besaran saat ini, data Susenas 2019 menunjukkan bahea di provinsi maju Jawa Timur yaitu di Kabupaten Bondowoso masih 37.6 persen BAB tanpa toilet. Di Situbondo 36.1 persen, di Jember 28.1 persen. Di kabupaten Probolinggo sebesar 27.5 persen.
Di Provinsi Banten, kabupaten Lebak 27.1 persen, Pandeglang 25.0 persen, bahkan di kabupaten Serang sebesar 15.0 persen. Open defacation di kebun, di tanah lapang, di hakaman dan temoat lainnya, tanpa toilet.
Kabupaten Luar Jawa, yg masih sangat tinggi angka open defacationnya antara lain kabupaten Mamuju di Sulbar 28.0 persen dan di Sulteng di kabupaten Donggala sebesar 31.6 p dan Parigi Moutong sebesar 32.6 persen ( BPS, Susenas 2019)

Kemana para Gubernur, Bupati dan tokoh-tokoh masyarakat sipil setempat? Mengapa masih membiarkan terus bertahannya kultur primitif yang sangat membahayakan kelangsungan hidup suatu generasi. Hidup dengan kultur yg jorok dan berbahaya. Ironisnya ketidakwajaran ini terjadi di daerah-daerah yg secara religius: terkenal taat dan kuat.
Note: ketika saya masih menjabat Kepala BPS Jatim di tahun 2014, berapa kali fakta Open Defacation (BAB sembarangan) di Bondowoso, Situbondo, Jember dan Probolinggo ini saya sampaikan ke Gubernur Jatim. Beliau responsif. Saya dengar Beliau sudah berupaya tapi ternyata hasilnya belum optimal..Ini perlu langkah nyata dan terus menerus. Tidak mudah. Masalahnya bukan karena keberadaan toilet tetapi lebih ke masalah kultur yg penanganannya perlu sangat komprehensif.

JSH
Bandung May 2020
In the time of Covid19 stay at home.

Al Ghazali dan Kemunduran Umat

 Tentang Al Ghazali Oleh: Jousairi Hasbullah Tentang kemunduran Islam yg kita rasakan sampai saat ini, dalam pemahaman saya terkait dua h...