Hari Tua Seorang Statistisi
Oleh: Jousairi Hasbullah.
Old Statistician Never Die.
Ramadhan hari ke 27. Tulisan ini untuk blog saya: jshcenter.blogspot.com tapi saya share juga ke sini.Siapa tau ada yg bisa dipetik.
Setelah pensiun ada yg memilih nyari kerja.Jadi dosen, karyawan tetap atau apalah. Ada yg berwirausaha. Ada pula yg memilih berkebun, melihara ternak atau apalah. Ada pula yg khusus ritual ibadah. Atau ada pula yg mengkhususkan tugasnya sebagai pengantar anak dan isteri. Semua itu pilihan. Semua pilihan itu mulia. Itulah hidup.
Saya barangkali agak outlier, agak beda. Dari sejak saya muda, saya telah mendiskusikan terkait problem of ultimacy (tentang tujuan berkarir) dan menetapkan pilihan bahwa ketika pensiun saya harus menjadi insan merdeka. Kalau masih bisa dihindarkan janganlah lagi di usia tua masih mau ngabsen/handkey, tiap hari masuk kerja.
Dari umur tigapuluhan, saya terbiasa dengan apa yg oleh para filosof aliran Aristotelenialism dikenal sebagai deferred gratification ( melakoni kesenangan yg tertunda: berpuasa kemewahan). Sekecil apa pun rezeki yg diperoleh, dikelola dengan telaten dan prihatin.Mulai investasi kecil-kecilan. Itulah syir'ah dan minhaj ( jalan dan cara) yang jadi pilihan. Saya kerja ngotot dengan cinta, tetapi saya tak pula lengah. Terus mempersiapkan masa depan dg sungguh-sungguh. Pensiun. Saya ingin menjadi manusia yg merdeka. Mandiri. Berdaulat. Adil dan agak-sedikit makmur.
Sudah dua tahun lebih saya pensiun. Cukup banyak yg nawari kerja, termasuk di lembaga internasional..Baik ketika sebelum sakit. Maupun ketika sekarang sudah lumayan sehat. Pilihan saya masih konsisten. Saya menghindari yg tiap hari harus ngabsen. Saya ingin merdeka, berdaulat dan mandiri. Pilihan saya bulat. Saya ingin terbang bebas mengangkasa bersama para bidadari. Menebas langit menembus cakrawala. Kalau mungkin, dan diizinkan-Nya, kebebasan ini mengepak jauh. Tak usah sampe di tepian langit ke tujuh (sacred canopy), tapi cukup jauh. Dengan membawa rasa cinta. Dengan napas kebebasan adalah DATA beserta segenap makna, misteri, dan kebahagiaan di dalamnya dan abadi (kholidina fiha)
Sewaktu saya masih kerja di BPS, saya bukan tenaga upahan dan buruh negara. Tidak sama sekali. Apa pun yg dulu saya kerjakan bukan karena sy disuruh-suruh sebagai buruh. Bukan, melainkan karena kesadaran dan kecintaan. Kesadaran bahwa dengan data saya mengembangkan pikiran..dengan berpikir fact-based maka saya ada ( cogitu ergo sum).
Mereka yg bekerja sebagai buruh negara, begitu pensiun semua akan dilucuti. Selesai. Seolah tanpa bekas. Saya ada di jalan yg berbeda. Bagi saya BPS adalah bidadari yg menerbangkan saya menjadi insan yg berdaulat dan berkuasa penuh atas makna-makna yg saya kenali..dan akan terus terbang. Sambil juga membawa marah๐๐. Dengan data saya akan dan bisa marah pada saya, padanya, pada dia, pada paduka dan pada siapa saja.
Setiap hari saya terus menekuni spritual dan DATA. Untuk apa? Untuk kebahagiaan hidup. Memperkaya hidup dg makna-makna. Setiap saya membaca data dan mengkonfrontirnya dengan teori yg saya pelajari dan dalami, dengan filosofi2 yg membentuknya; pikiran saya jadi cerah, hati nyaman, jiwa tenang dan damai; seakan terbang bebas di angkasa raya. Inilah hari tua yg memang dari dulu saya impikan. Manusia data yg bebas merdeka dengan cintanya.
Anda bekerja di dunia data statistics? Anda sangat mulia, sayang kalau kemuliaan itu tersia-siakan.
Note: dua hari yg lalu sy mengirim hasil perjalanan penelusuran saya dg data tentang Inggris dan Canada ke bapak Kepala BPS-RI, pak Kecuk sahabat saya. Sebagai sahabat, beliau membalas..dua hari berturut-turut Beliau mengirim saya bingkisan berupa kumpulan data..dan itu saya nikmati. Indahnya hidup dengan DATA. Walal akhiratu khoirun laka minal min al ula.
Bandung 20 Mai 2020.
Renungan Ramadhan.
Berpuasa hari ke 27.
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
Al Ghazali dan Kemunduran Umat
Tentang Al Ghazali Oleh: Jousairi Hasbullah Tentang kemunduran Islam yg kita rasakan sampai saat ini, dalam pemahaman saya terkait dua h...
-
Hati-hati dengan Usulan Lockdown terkait Virus Corona. (Jousairi Hasbullah) Beberapa pihak menginginkan pemerintah RI melaksanakan kebij...
-
Terbit Tahun 2006, MR United Press. Buku ini mengupas tentang bagaimana social capital mempengaruhi masa depan bangsa.
-
Jousairi Hasbullah: Auguste Comte 1838, Herbert Spencer 1850, and Karl Marx are founding generation of sociology. Modern sociologist can n...
No comments:
Post a Comment