Friday, May 8, 2020

Transendental dan Imanen

TRANSENDENTAL dan IMANEN
Oleh: Jousairi Hasbullah

Sering sekali dalam suatu tulisan kita membaca dan atau di seminar mendengar kata transendental dan imanen. Dalam bulan Ramadhan yang penuh getaran, kenikmatan dan keindahan ini tentu relevan untuk sedikit mengulas tentang kedua istilah tersebut.

Para filsuf yang menjelaskan tentang Tuhan yang transenden dimulai dari Pythagoras, Plato dan Philo Judaeus. Tuhan yang transenden memiliki sifat yang berbeda dengan Tuhan yang imanen.

Ketika mengalami yang transenden, manusia bersentuhan dengan perasaan yang unique. Di satu sisi, merasa sangat tertarik karena pesona fascinosum, tetapi di sisi lain ia merasakan gemetar dan ketakutan karena yang transenden itu tremendum (memaksa/mengancam). Dalam istilah lain sesuatu yang transendental adalah sesuatu yang tremendum et fascinans ( menggetarkan dan menakjubkan dan di luar kemampuan akal manusia).

Mereka yang mengalami proses transenden itu, seperti para sufi. Manusia akan lupa dirinya. Hanyut dengan yang transenden dan menikmati perjumpaan dengan sang khalik.

Tuhan itu transenden. Artinya Tuhan itu melampaui dunia ini. Tetapi sekaligus berada dalam realitas dunia ini yang disebut immanen.Tuhan ada di dunia ini sekaligus melampaui dunia ini: transenden dan immanen.

Dengan keterangan ini jelas bahwa Tuhan tidak bisa kita pikirkan atau bayangkan sosoknya. Tuhan berada di luar kemampuan akal, walau bisa dirasakan keberadaannya. Ingin lebih dekat dengan-Nya..mari kita mengasah rasa. Karena hanya rasa yg membangun keyakinan ( iman) dan bersentuhan dengan realitas yang imanen.

Ingin mengenal Alloh yang Immanen? Kenali dirimu. Rasulullah bersabda “Barangsiapa mengenal dirinya, maka ia mengenal Tuhannya.” Jalaluddin Rumi, yang terkenal dengan puisi-puisi sufistiknya menyusun buku berjudul: Yang Mengenal Dirinya, Mengenal Tuhannya, yang berisi aforisme-aforisme ( prinsip or kebenaran yg sudah diterima oleh umum) sufistik. Luar biasa indahnya dan sangat dalam maknanya. Buku ini merupakan salah satu magnum opus  (masterpiece/Adi Karya) tokoh ini. Buku Yang Mengenal Dirinya, Mengenal Tuhannya, yang dalam bahasa Arabnya berjudul Fîhi ma Fîhi adalah karya terbaik dalam bentuk aforisme sufistik.

Akhir-akhir ini saya merasakan getaran2 itu. Saya merasakan kedekatan-Nya..dan yakin: haqqul yakin bahwa Tuhan,Alloh itu memang ada. Sesuatu yg TRANSENDEN DAN IMANEN/immanen.
JSH
Bandung. Ramadhan ke 16
Dalam suasana stay at home Covid19.
9 May 2020.

3 comments:

Al Ghazali dan Kemunduran Umat

 Tentang Al Ghazali Oleh: Jousairi Hasbullah Tentang kemunduran Islam yg kita rasakan sampai saat ini, dalam pemahaman saya terkait dua h...