Monday, May 7, 2018

DATA ADALAH KITA



DATA ADALAH KITA
Jousairi Hasbullah
(Sambutan pada pelatihan Instruktur Susenas 2017)

1.      Human differs fundamentally from animals. We as human desires the desires of man, of human. Human being wants to be recognized. He want to be recognized as human being, that is, as a being with certain worth and dignity (William Frederich Hegel Died: 1831)
2.      Salah satu akar dan induk filsafat tentang manusia dan eksistensinya  adalah karya Plato (380 BC) dalam “Republic”: Dalam jiwa manusia ada tiga bagian yang mengubah kehidupan dunia ini. There were 3 parts of the soul: a desiring part, a reasoning part and thymos.
3.      Desire itu yang telah membawa manusia untuk bergerak/bertindak baik dari sisi yang negative maupun yang positif. “Desire induce men to seek things outside themselves”. Sementara Reasoning part memberikan kesempatan bagi manusia untuk menemukan strategi mencapai desire itu. “while reason show them the best way to get them”. Thymos: (spiritedness: the part of the soul that demand recognition). Thymos ini yang senantiasa mendorong manusia untuk  mendapatkan pengakuan, harga diri dan kehormatannya.
4.      When people fail to live up their own sense of worth, they feel discourage, negative affect, anger, shame, etc. Hegel said: to be recognized as a human being with dignity drove men in the early history to the bloody battle. The outcome was that the devision of human society: class of master and class of slaves.
5.      Semua perubahan besar di dunia ini karena keseimbangan bekerjanya kombinasi ketiga dimensi jiwa tersebut. Revolusi Industri (1760-1850), perang dunia, dan lain lain tidak lepas dari the desire for recognition yang difasilitasi oleh reasoning part. Salah satu implikasi penting dari revolusi Industri adalah terjadinya transisi demografi yang luar biasa. Dari fertilitas  dan mortalitas tinggi ke fertilitas dan mortalitas  rendah dengan replacemnent level  TFR 2.1 yang kita kenal sebagai the First Demographic transition. Second transition: ageing, usia kawin meningkat, more individual. Third:  the acceleration of population mobility with its complexity. Transformation of ethnic composition.
6.      Kalau kita di ruangan ini, yang cerdas-cerdas sama-sama berikhtiar untuk lebih tangguh, maka kombinasi antara desire, reasoning dan thymos itu perlu terus dipupuk dan diperjuangkan untuk terus tumbuh secara seiumbang dalam jiwa kita.
7.      The desire for recognition perlu ditopang oleh bangunan kuat dari reasoning part kita. Hidupkan reasoning part itu. Dengan apa? Tidak lagi dengan perang. Tidak dengan membangun musuh musuh di luar diri kita, tetapi membangunkan diri kita sendiri . Membangun kekuatan kita sendiri dari diri dan “rumah” kita sendiri.
8.      Rumah kita adalah BPS. Rumah kita adalah Data. Titik tolak reasoning part kita adalah data.  Bangun kekuatan itu dari datamu. Bangunkan thymosmu dengan datamu. Lalu bawa datamu ke masyarakat untuk memenuhi the desire of recognition kita. Bangun freedom of conscience (kebebasan nurani) kita dari data. Dari Susenas dengan laut datanya yang luar biasa.
9.      Susenas. Kita perlu pahami  dari filosofi terdalamnya. Apa? Yaitu  datanya, yang akan menjadi pijakan untuk terbangunnya kesejahteraan rakyat negeri ini: kemaslahatan manusia. Nihil spectre homini admirabilius (tidak ada yang lebih bermakna dari hidup ini kecuali menghormati dan menciptakan kemaslahatan bagi manusia). Salus populi suprema lex (hukum tertinggi itu adalah kesejahteraan).
10.  Data harus menjadi pijakan berpikir dan bertindak kita sebagai pengawal evidence based culture negeri ini. Berpikir, berkarya itu lah eksistensi kita. Jepense done jesuis (filosuf: ernest renant: Karena berpikir, berkarya maka aku ada). The desire of recognition itu akan terealisasi dalam wujud yang sublime apabila manusia itu berkarya dan berpikir. Tanpa kekuatan karya, prestasi, pencapaian/achievement maka manusia dalam merealisasikan dorongan recognitionnya hanya akan saling bunuh, saling menjatuhkan, saling jegal: Lupus est homo homini (manusia yang satu menjadi srigala bagi yang lain).
11.  Sekali lagi dan diulang-ulang, saya ingin mengatakan: Data adalah kita. Data adalah diri kita. Data adalah reasoning part kita. Data adalah recognition kita. Karena itu data bukan sekadar dikenal sebagai alat (syariat) atau sekadar dipahami dan dijiwai (tarekat) tetapi data harus kita angkat ke level yang lebih tinggi yaitu menyatu dalam satu kesatuan di diri kita dengan kecintaan yang sublime (ma’rifat). Recognition dan kenikmatan akan kita capai dan rasakan.
12.  Kalau begitu, maka langkah awal sederhana yang saat ini kita perlu bangun bersama adalah mengawal data itu. Mengawal dengan kemampuan intelektual tinggi berupa pemahaman akan filosofi dan aspek teknis-operasional yaitu konsep/definisi, metode dan langkah operasi lapangan yang efektif untuk menghadirkan kualitas terbaik dari data itu. Terima kasih atas peningkatan mutu data Susenas 2017 yang luar biasa.
13.  Sebagai seorang instruktur, saya katakan dalam pembukaan pelatihan Susenas gelombang 1 minggu lalu, kita hendaknya tidak bermain dalam skala “recehan” yaitu sekadar memenuhi kewajiban mengajar. Itu bukan kelas mu, bukan levelmu. Levelmu harus lebih berkualitas yaitu bagian yang tak terpisahkan dari upaya mengamankan kualitas data untuk kelak kita penuhi thymos kita, reasoning part kita dan desire kita dengan data itu. Itulah para para pejuang BPS dan para master data yang sesungguhnya dan bermartabat.
14.  Terima kasih kepada para master intama, para intama, dan para calon Innas semua. Terimakasih pula kepada semua panitia yang telah bekerja keras sehingga terselenggaranya pelatihan ini secara produktif dan luar biasa.
15.  Saya akhiri sambutan terakhir saya dalam kapasitas sebagai Deputi Statistik Sosial BPS. Inilah pelatihan Susenas terakhir sebelum saya memasuki purna bakti di Juni 2018. Mohon maaf lahir dan batin. Dengan mengucap alhamdulillahirobbil alamin. Dengan ini Pelatihan Inas Susenas Gelombang II saya nyatakan ditutup.

M.Sairi Hasbullah
Deputi Kepala BPS RI Bidang Statistik Sosial

No comments:

Post a Comment

Al Ghazali dan Kemunduran Umat

 Tentang Al Ghazali Oleh: Jousairi Hasbullah Tentang kemunduran Islam yg kita rasakan sampai saat ini, dalam pemahaman saya terkait dua h...