Ketergantungan
Oleh: Jousairi Hasbullah
Saya dalam banyak hal setuju dg isi tulisan yg mengulas bhw US bukan lg masa depan. Trend dunia mengarah ke Tiongkok. Dan secara implisit mengidealkan bhw kedekatan dg Tiongkok sbg keniscayaan.
Tentang hal ini, perlu hati2. Jika terlalu tergantung akan sangat tidak menguntungkan..
Kita tak bisa lagi terlalu berkiblat ke Amerika. Investasi Amerika, impor barang2 Amerika ( US)..ekspor pun sangat bergantung ke pasar US. Akibatnya, US bisa seenaknya mendikte kita.
Tetapi juga tidak harus menggeser ketergantungan yg berlebihan dari Amerika ke Tiongkok. Bahwasanya Tiongkok menjadi partner yg baik. Ya wajar saja.
Posisi yg paling pas, menurut saya, kita berteman dan bekerja sama dg semua. Ya Amerika, ya Tiongkok, ya Jepang-Korea, ya India, ya Uni Eropa dan tentu saja yg juga the emerging ekonomi saat ini: Afrika.
Saat ini ada ketimpangan yg sangat menyolok dan agak berbahaya.
Kita terlalu bias ke Amerika dan Tiongkok. Jika terjadi sesuatu bencana dg kedua negara ini: kita akan ikut menderita. Contohnya, pasar ekspor kita. Ke satu negara US saja, melebihi seluruh ekspor ke semua negara Uni Eropa. Ke Tiongkok lbh dominan lg.
Sktr 50 persen ekspor dari Indonesia hanya ke 5 negara saja: Tiongkok, US, Jepang, India dan Korsel. Afrika yg total penduduknya sama besar dg India belum tertarik menjadi pasar produk Indonesia. Padahal potensinya luar biasa. Juga Rusia, Amerika Latin, Turki, Timur Tengah dan lain-lain.
Impor lbh menghawatirkan. Ngeri lihat pola konsentrasinya. Bukan volumenya tp ketergantungan kita hanya pada sedikit negara. Total impor barang MODAL kita sebesar 36 persen hanya dari SATU negara yaitu Tiongkok saja. Untuk bahan baku seperempatnya berasal dari Tiongkok saja. Artinya pabrik2 kita akan hancur kalau Tiongkok menyetop bahan baku. Pembangunan Infrastruktur akan stop kalau Tiongkok tdk mensuplai barang modal terutama Baja-related. Ini kurang sehat. Tiongkok menguasai suplai/pasokan barang modal ke Indonesia mendakati angka 40 persen dari total impor barang modal kita. US sendiri hanya memasok senilai 6 persen saja dari total barang modal ke Indonesia. Korea 5 persen. India bahkan hanya 3 persen. Dominasi Tiongkok terlalu tinggi yg mengakibatkan kebutuhan pembangunan kita sangat tergantung pada suplai dari mereka.
Yg "antiq/unique" bukan hanya bahan baku dan bahan modal..Impor sayur2an kita TERBESAR dari Tiongkok. Impor terbesar buah2an kita bukan dari Thailand tp juga dari Tiongkok. Sangat mendominasi.
Gimana sikap Pak Jokowi? Kebetulan sy dulu pernah tau dikit2. "Saya BERSAKSI" pak Jokowi itu udah naik darah..Kesalnya bukan main. Beliau minta ketidakseimbangan itu segera dikoreksi. Makanya berkali-kali beliau ngamuk ke jajaran Kemendag yg masih malu2 untuk membuka peluang2 baru scra signikan dg Timur Tengah, Afrika, Amerika Latin, Asia timur lainnya dll dll..Kemendag bgt sabar-pelan2..hingga ketergantungan kita pd Tiongkok: "terlalu deh"..dan hingga hari ini belum bisa terkoreksi.
Intinya..persoalan ini sama sekali bukan dan tidak bisa dimirip-miripkan seperti Ronaldo meninggalkan MU ke Madrid untuk membangun dirinya.
Kita tak boleh terlalu tergantung baik ke MU maupun ke Madrid..Kita perlu melakukan diversifikasi yg luas..dg varian yg kecil ( tidak ads yg outlier)
Keseimbangan antara US, Tiongkok, Asia Timur lainnya, India, Turki, Rusia, Timur Tengah dan Afrika..baik ekspor maupun impor kita..termasuk Investasi yg ditanam di Indonesia, adalah keharusan jika kita ingin lebih mandiri..lbh kuat dan merdeka dari intimidasi negara tertentu.
Sambil menjelang BERBUKA puasa hari kedua.
Bandung. 25 April 2020
Jousairi Hasbullah
Sunday, April 26, 2020
Friday, April 17, 2020
COVID19 dan Peradaban BARU
Covid19:
Membangun Peradaban Baru
Oleh: Jousairi Hasbullah
Raja Saudi menutup Masjidil Haram. Masjid Nabawi. Ulama Al Azhar teriak: tutup. Tutup tempat ibadahmu. Paus menutup Vatican. Seluruh dunia mengikuti. Ada ulama-ulama bernalar sempit di Africa dan Asia Selatan yg ngeyel tapi kemudian gagap sendiri. Mereka baru sadar bahwa ulama-ulama terkemuka dunia mulai gregetan melihat ketololan sempurna mereka. Lalu ulama-ulama besar dunia trrsebut mengajarkan penggunaan akal sehat anugerah Alloh. Menggantikan paham yg menyebut bahwa kalau mau mati ya mati. Mati di tangan Alloh. Taglig.
Kaum taglig ini, mempersonifikasikan Alloh seperti manusia yg bawa pentungan. Kalau si A sore ini harus mati ya pentung. Mati. Padahal yg takdir ketentuan Alloh itu adalah hasil dari ikhtiar manusia. The end result-nya adalah takdir.
Maka Umar bin khottab mengurungkan niatnya memasuki Damaskus yg sedang terserang wabah. Umar mencari takdir yang lain. Umar tidak mengatakan saya berani maju. Urusan mati ditangan Tuhan. Nabi Muhammad melarang orang yg berpenyakit kusta mendekati Beliau. Nabi tidak mengatakan: " Sini. Urusan mati itu di tangan Tuhan"..tetapi justru Nabi menghindar agar takdirnya selamat dari tertular penyakit kusta.
Covid19 menghentak dan menyadarkan semua orang. Menggugat dakwah-dakwah yg biasa kita dengar bahwa urusan mati sudah given. Takut lah kepada Alloh. Jangan takut pada korona. Justru yang benar kita takut dan menghindari korona karena Nabi mengajarkan agar kita tidak menabrak bahaya.
Covid19 harus menjadi titik tolak perubahan mendasar peradaban ummat. Harus muncul masa pencerahan baru.
Renaisance baru. Mengembangkan gerakan budaya yang lebih rasional. Diikuti oleh gerakan Aufklärung baru. Manusia yang fact-based. Evidence-based. Manusia berakal, berkarya dengan capaian yang mengagumkan.
Tahapan ini pun harus bergandeng dengan Positivisme Logis atau disebut sebagai Empirisme Logis, mirip gerakan filosofis yang muncul di Wina pada 1920-an. Postulasinya bahwa pengetahuan ilmiah adalah satu-satunya jenis pengetahuan faktual ( fact based). Seyogyanya semua doktrin metafisik tradisional yang hanya membawa pada kebodohan, keterbelakangan dan bertentangan dengan kehendak Alloh itu sendiri: harus disingkirkan
Covid19 semoga membawa kita ke peradaban baru yg rasional dan dengan iman yg lebih merefleksikan insan yang berkualitas. Agama dengan akal sehat terus berkembang menopang berkembangnya PERADABAN BARU INDONESIA.
Bandung 17 April 2020
Jousairi Hadbullah
Membangun Peradaban Baru
Oleh: Jousairi Hasbullah
Raja Saudi menutup Masjidil Haram. Masjid Nabawi. Ulama Al Azhar teriak: tutup. Tutup tempat ibadahmu. Paus menutup Vatican. Seluruh dunia mengikuti. Ada ulama-ulama bernalar sempit di Africa dan Asia Selatan yg ngeyel tapi kemudian gagap sendiri. Mereka baru sadar bahwa ulama-ulama terkemuka dunia mulai gregetan melihat ketololan sempurna mereka. Lalu ulama-ulama besar dunia trrsebut mengajarkan penggunaan akal sehat anugerah Alloh. Menggantikan paham yg menyebut bahwa kalau mau mati ya mati. Mati di tangan Alloh. Taglig.
Kaum taglig ini, mempersonifikasikan Alloh seperti manusia yg bawa pentungan. Kalau si A sore ini harus mati ya pentung. Mati. Padahal yg takdir ketentuan Alloh itu adalah hasil dari ikhtiar manusia. The end result-nya adalah takdir.
Maka Umar bin khottab mengurungkan niatnya memasuki Damaskus yg sedang terserang wabah. Umar mencari takdir yang lain. Umar tidak mengatakan saya berani maju. Urusan mati ditangan Tuhan. Nabi Muhammad melarang orang yg berpenyakit kusta mendekati Beliau. Nabi tidak mengatakan: " Sini. Urusan mati itu di tangan Tuhan"..tetapi justru Nabi menghindar agar takdirnya selamat dari tertular penyakit kusta.
Covid19 menghentak dan menyadarkan semua orang. Menggugat dakwah-dakwah yg biasa kita dengar bahwa urusan mati sudah given. Takut lah kepada Alloh. Jangan takut pada korona. Justru yang benar kita takut dan menghindari korona karena Nabi mengajarkan agar kita tidak menabrak bahaya.
Covid19 harus menjadi titik tolak perubahan mendasar peradaban ummat. Harus muncul masa pencerahan baru.
Renaisance baru. Mengembangkan gerakan budaya yang lebih rasional. Diikuti oleh gerakan Aufklärung baru. Manusia yang fact-based. Evidence-based. Manusia berakal, berkarya dengan capaian yang mengagumkan.
Tahapan ini pun harus bergandeng dengan Positivisme Logis atau disebut sebagai Empirisme Logis, mirip gerakan filosofis yang muncul di Wina pada 1920-an. Postulasinya bahwa pengetahuan ilmiah adalah satu-satunya jenis pengetahuan faktual ( fact based). Seyogyanya semua doktrin metafisik tradisional yang hanya membawa pada kebodohan, keterbelakangan dan bertentangan dengan kehendak Alloh itu sendiri: harus disingkirkan
Covid19 semoga membawa kita ke peradaban baru yg rasional dan dengan iman yg lebih merefleksikan insan yang berkualitas. Agama dengan akal sehat terus berkembang menopang berkembangnya PERADABAN BARU INDONESIA.
Bandung 17 April 2020
Jousairi Hadbullah
Subscribe to:
Posts (Atom)
Al Ghazali dan Kemunduran Umat
Tentang Al Ghazali Oleh: Jousairi Hasbullah Tentang kemunduran Islam yg kita rasakan sampai saat ini, dalam pemahaman saya terkait dua h...
-
Hati-hati dengan Usulan Lockdown terkait Virus Corona. (Jousairi Hasbullah) Beberapa pihak menginginkan pemerintah RI melaksanakan kebij...
-
Terbit Tahun 2006, MR United Press. Buku ini mengupas tentang bagaimana social capital mempengaruhi masa depan bangsa.
-
Jousairi Hasbullah: Auguste Comte 1838, Herbert Spencer 1850, and Karl Marx are founding generation of sociology. Modern sociologist can n...